Rabu, 13 April 2016

pusara, puisi, dan kerinduan kita

 Pusara Amir Hamzah di Tanjung Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada suatu sore hari. Amir Hamzah seorang Penyair asal Langkat yang merupakan pemuda revolusioner, gagasan Intelektualitasnya, pergerakan literasinya, alur pikir serta muatan-muatan pengalaman bathiniyahnya terekam dan terabadikan dalam untaian syairnya. aku terpana dengan potongan syair berikut ini :

Inysaf
Segala kupinta tiada kauberi
Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada terdaya
Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada

Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku di muka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata:
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu. 

Kini, beliau beristirahat dibawah pusaranya yang agung, Beliau telah menjelma menjadi saksi bisu atas ketertinggalan kita. 

0 komentar:

Posting Komentar